Pages

Kamis, 02 Agustus 2012

Pagar Alam, Negeri di Atas Awan


Apa yang terlintas dipikiran anda saat mendengar negeri diawan, kla project tentu benar. Salah satu lagu sakral yang tak pernah bosan saya dengarkan dan juga saya dendangkan. Beberapa orang seperti saya misalnya harus mendaki gunung untuk merasakan apa rasanya berdiri diatas tanah yang dikelilingi awan. Namun mendaki gunung untuk merasakan “dunia lain” hanya menyajikan sensasi sesaat, tapi di sumatra selatan ada suatu daerah yang luar biasa bernama pagar alam. Daerah pegunungan sejuk yang hijau dengan dikelilingi perkebunan teh dan segala tanaman agroindustri, udara bersih yang setiap pagi berselimut embun dan yang sangat mekjubkan di pagar alam kita akan benar-benar merasakan berada di negeri (tanah/daerah) yang dikelilingi awan..

Sebelum menikmati pesona luar biasa pagar alam yang penuh romantisme sebaiknya kita mengunjungi perbukitan Raje Mandare bukan untuk melakukan pendakian tapi untuk menikmati salah satu keajaiban alam yang mungkin salah satu paling luar biasa di indonesi dan mungkin bahkan di dunia yaitu Danau Merah. Danau ini menjadi unik memang karena danau ini terlihat berwarna merah jika dilihat dari permukaan namun saat airnya diambil terlihat jernih. Kebanyakan danau bahkan mungkin semuanya berwarna jernih jikapun berbeda itu akan lebih semu kehijauan atau semu kebiruan akibat pengaruh gangang, lumut hingga pantulan langit. Namun danau merah punya keunikan tersendiri, danau berwarna merah darah ini masih diprediksi akibat ganggang, namun warna merah pekat tersebut masih belum bisa dijelaskan secara utuh karena minimnya peneliti. Jalur yang susah dan menantang untuk masuk wilayah ini memang tantang tersendiri, namun tak ada salahnya merasakan sensasi mistis dan keajaiban dari perbukitan Raje Mandare. Mari hentikan sejenak bermain tebak-tebakan mistis hingga saintis tentang Danau Merah di perbatasan Sumsel-Bengkulu tersebut, karena hal yang tak boleh dilewatkan dari sumatra selatan khususnya pagar alam adalah sebuah deretan perbukitan yang dikelilingi awan seperti yang sudah saya ceritakan sedikit di muqodimah tadi. Di jawa memang ada Dieng, sebuah wilayah yang juga diselimuti awan dan penuh dengan peninggalan sejarah, namun Pagar Alam jelas berbeda dengan Dieng. Di Pagar Alam kita tak hanya bisa merasakan sensasi mistis dan romantis tapi juga sebuah penelusuran megalitikum di sekitaran Danau Merah yang keduanya masih menyimpan berbagai macam pertanyaan dan beribu alternatif jawaban..

Menuju Pagar Alam kita akan merasakan sensasi perjalanan darat yang mungkin paling menakjubkan yang bisa kita lakukan. Pagar Alam yang berada di kawasan Gunung Dempo yang merupakan Gunung tertinggi di Sumatra Selatan sehingga jalan yang dilalui meliuk-liuk bak ular tangga yang menggapai puncak. kita bisa membawa kendaraan melewati jalan beraspal mulus yang meliuk-liuk di tengah perkebunan teh. Selain singgah di tempat- tempat tertentu di tengah perkebunan, pemakai kendaraan umumnya juga berjalan hingga ujung jalan beraspal di ketinggian 2.000 meter dpl, ujung perkebunan teh yang paling tinggi..

Diperjalanan kita juga bisa berhenti sejenak untuk menikmati air terjun Lematang Indah yang sangat eksotis. merasakan air jernih dari hulu yang belum terjamah limbah, lebih dari cukup untuk sekedar melepas penat dan lelah. Tapi jangan pernah puas, karena Pagar Alam punya lebih dari 30 air terjun yang belum semuanya tereksplorasi dan dikelola dengan baik. Bebrapa diantaranya memang susah dijangkau hingga agak tersendat dalam pengelolaan, tapi buat yang suka tantangan dan petualangan Air terjun-air terjun tersembunyi pasti tak akan dilewatkan..

Jika sudah cukup menikmati segarnya air pegunungan, yang paling luar biasa dari Pagar Alam adalah perkebunan teh-nya. Inilah sebuah Masterpice Tuhan kepada tanah Besemah, bukan tentang panoramanya, tapi lebih dari itu. Yaitu sebuah ekosistem dan kondisi yang membuat kita benar-benar merasa berada di dunia lain yang penuh kedamaian dan ketenangan. Dan itu dimulai saat kita membuka mata di pagi hari..

Jika kita menginap di Pagar Alam hal yang pertama kita rasakan adalah dingin yang menusuk tulang hingga selimut dan jaket akan susah lepas. Namun perlahan cobalah untuk duduk dengan tenang di kursi menghadap ketimur, melihat bentang hijau perkebunan teh yang berpola indah. Merasakan sinar menta yang memantu di dedaunan merah kekuningan dan lembut terasa hangat di kulit. Hamparan kebun teh yang menghadap ke timur itu pun merasakan hangatnya mentari. Embun di permukaan dedaunan perlahan-lahan menetes, seiring dengan semakin tingginya sang surya yang bergerak perlahan. Ditemani teh hangat racikan sederhana dengan aroma khas dompu yang terasa lebih tajam dan sepat sambil menyaksikan para pemetik teh bekerja. Kemudian rasakan hembusan angin, selimut embun serta gemericik air. Kita tak akan menemukan sensasi seluar biasa ini selain di tanah Basame ini. Inilah sensasi eksotisme sumatra selatan yang lebih dahsyat dari jembatan ampera dan sungai mahakam di palembang, dialah Pagar Alam.


klik dsni untuk sejarah pagaralam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sumbalinga

"Saya tidak takut pada orang yang berlatih sekali untuk 10.000 tendangan, tapi saya takut pada orang yang berlatih satu tendangan sebanyak 10.000 kali"
Bruce lee