Pages

Selasa, 11 September 2012

Bumi Super Baru di Zona Layak Huni

Gliese 163c
GRENOBLE, KOMPAS.com - Bumi Super baru ditemukan di zona layak huni, mengorbit bintang katai merah Gliese 163. Planet itu ditemukan dengan instrumen milik European Southern Observatory, High Accuracy Radial Velocity Planet Searcher (HARPS).

Planet baru tersebut diberi nama Gliese 163c. Massa planet tersebut 6,9 kali massa Bumi dan memiliki periode orbit 26 hari. Bintang katai merah yang diorbit planet ini berjarak 49 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Dorado.

Dalam pengumuman hasil penelitian, para stronom menuturkan bahwa "Gliese 163c bisa berukuran 1,8 - 2,4 jari-jari Bumi, tergantung dari komposisinya, mayoritas batuan atau air."

Gliese 163c menerima cahaya dari bintangnya 40 persen lebih banyak dibandingkan Bumi. Jadi, Gliese 163c lebih panas. Sebagai perbandingan, Venus menerima cahaya Matahari 90 persen lebih banyak dari Bumi.

"Kami tak mengetahui karakteristik atmosfer Gliese 163c, tapi jika kita mengasumsikan bahwa atmosfer itu adalah scale-up dari Bumi, maka temperatur permukaannya sekitar 60 derajat Celsius," papar peneliti seperti dikutip Daily Mail, Rabu (5/9/2012).

Dengan temperatur itu, maka tak mungkin makhluk hidup kompleks seperti manusia dan hewan tingkat tinggi bisa hidup. Meski demikian, keberadaan mikroba yang mampu hidup di lingkungan ekstrim dimungkinkan.

Penemuan Gliese 163c menambah jumlah planet yang ada di zona layak huni, menjadi 6 buah. Bersama penemuan planet ini, ditemukan pula tetangga Gliese 163c, yaitu Gliese 163b yang mengorbit bintangnya dalam 9 hari serta 1 kandidat planet lain.

Observasi yang berujung pada penemuan Gliese 163c ini dipimpin oleh Xavier Bonfils dari  UJF-Grenoble/CNRS-INSU, Institut de Planetologie et d’Astrophysique of Grenoble, Perancis.
Sumber :
Editor :
A. Wisnubrata


Cacing Sepanjang Setengah Meter Hebohkan China


Cacing tanah yang ditemukan di Binchuan, Provinsi Yunnan, istimewa. Ukurannya mencapai 50 cm
BINCHUAN, KOMPAS.com — Cacing tanah raksasa ditemukan di wilayah Binchuan, Provinsi Yunnan, China. Cacing itu dikatakan raksasa sebab panjangnya mencapai setengah meter. Kontan, cacing ini membuat heboh.

Li Zhiwei, seorang karyawan di Dinas Kehutanan Binchuan, menemukan cacing itu saat mengeringkan buah di halaman rumahnya.

"Ini kelihatan seperti ular. Saya melihatnya dengan cermat dan menemukan bahwa hewan ini sebenarnya cacing tanah raksasa," kata Li seperti dikutip CNN, Minggu (2/9/2012).

Cacing tanah diketahui bisa tumbuh dengan panjang yang beragam sesuai lingkungannya. Namun, biasanya cacing ini tumbuh dari ukuran 1 sentimeter hingga belasan sentimeter saja. Ada cacing tanah di Afrika yang bisa tumbuh lebih dari 20 sentimeter, tetapi tergolong jarang.

Li dan tetangga sekitarnya mengatakan bahwa selama ini belum pernah ditemukan cacing tanah sepanjang cacing yang ditemukan itu.

Para biolog berencana mempelajari cacing ini. Pertumbuhan cacing tanah dipengaruhi oleh faktor makanan dan predator. Jika tumbuh di musim hujan, ukuran cacing bisa lebih besar selama ada makanan melimpah dan predator yang minim.

Penemuan ini tentu saja keren bagi Li. Ia berencana memelihara cacing tanah itu di halamannya.
Sumber :
Editor :
A. Wisnubrata

Di Masa Depan, Mimpi Manusia Bisa Dimanipulasi

Ilustrasi mimpi
MASSACHUSETTS, KOMPAS.com — Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Matt Wilson dan Daniel Bendor dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) menunjukkan bahwa ada kemungkinan manusia bisa memanipulasi bunga tidur di masa depan. Dalam percobaan yang dilakukan pada tikus di laboratorium, ilmuwan di MIT mampu memanipulasi bunga tidur tikus menggunakan isyarat audio.

Sebelumnya, peneliti mengetahui bahwa ketika tidur, bagian dari otak yang disebut denganhippocampus memutar ulang kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan selama satu hari, yang akan membantu memperkuat ingatan seseorang. Hal yang sama telah dibuktikan terjadi pada tikus yang bermimpi sedang berjalan melalui labirin setelah seharian berlatih di laboratorium.

Dalam penelitian, tikus dilatih untuk berjalan melalui labirin menggunakan isyarat audio. Satu suara mengarahkan tikus untuk mengambil hadiah di sisi kanan, sedangkan suara yang lain memandu tikus untuk mengambil hadiah yang ada di sebelah kiri.

Saat tikus tertidur setelah latihan, para peneliti menganalisis aktivitas saraf di hippocampus dan bisa melihat bahwa tikus bermimpi tentang labirin-labirin yang dilewati ketika tikus terjaga. Kemudian, ketika peneliti memutarkan salah satu audio, tikus tersebut mulai bermimpi tentang bagian dari labirin yang berhubungan dengan suara atau audio tersebut.

"Percobaan terbaru kami menunjukkan kemampuan untuk mengarahkan isi memori yang diaktifkan kembali ketika tidur pada keadaan sebelumnya," tulis para peneliti dalam jurnal Nature Neuroscienceyang terbit online pada Minggu (2/9/2012).

"Ini bisa dianggap sebagai bentuk sederhana dari rekayasa mimpi dan memungkinkan kontrol yang lebih luas terhadap pengolahan memori selama tidur, meningkatkan memori kejadian-kejadian yang dipilih atau memblokir, bahkan memodifikasi kenangan-kenangan yang tidak diinginkan," tambah para peneliti seperti dikutip Livescience, Rabu (5/9/2012).

Sumber :
Editor :
yunan

Sulawesi, Jantung Nusantara yang Terkoyak


Dua babirusa (Babyrousa babirussa) menikmati kolam air panas adudu bersama dengan tiga anoa (Anoa depressicornis) di hutan Nantu, Provinsi Gorontalo, Rabu (1/8). Kedua spesies endemis Sulawesi ini terancam punah akibat perburuan dan perambahan hutan. Kedua spesies hewan ini sangat jarang terlihat bersama.
KOMPAS.com - Sulawesi adalah jantung Nusantara yang mewakili kompleksitas geologi hasil tumbukan tiga lempeng benua: Eurasia, Australia, dan Pasifik. Pergerakan geologi itu menciptakan Sulawesi sebagai rumah beragam satwa endemis yang tak ada padanannya di dunia.
Pada masa lalu, pulau ini telah menginspirasi naturalis Alfred Russel Wallace untuk meletakkan dasar ilmu Biogeografi dan melahirkan konsep seleksi alam yang mendasari Teori Evolusi. Namun, keberlimpahan tanah Sulawesi yang melegenda itu terancam menjadi dongeng karena dahsyatnya tingkat perusakan.

*****
Matahari tepat di atas kepala. Teriknya membakar. Belantara menyisakan tong gak-tong gak kayu raksasa sisa tebangan yang menyembul di antara ladang jagung. Namun, begitu menyeberangi Sungai Paguyaman dan memasuki lebat Hutan Nantu di pinggiran Provinsi Gorontalo, kami pun tersedot ke dunia lain.

Pepohonan tumbuh meraksasa. Tajuknya membentuk lorong yang menghalangi sinar matahari. Onak menyulur di lantai hutan yang lembab dan gelap. Riuh burung bersahutan. Siang serasa malam karena derit serangga tanpa jeda.

Dari balik pepohonan, James Komolontang (46) dan Jack Komolontang (37) menyambut dengan sikap penuh selidik. Suasana mencair saat kami menyerahkan surat izin memasuki kawasan Suaka Margasatwa Nantu. James dan Jack adalah staf Yayasan Adudu Nantu Internasional (YANI) yang bertanggung jawab menjaga Hutan Nantu, dibantu beberapa anggota Brimob Gorontalo.

"Kalau tidak dijaga, hutan ini sudah habis dijarah," kata James. Lelaki dari Minahasa, Sulawesi Utara, itu berperawakan gempal, tetapi gerakannya gesit. Dia mantan pemburu binatang yang kemudian direkrut YANI untuk menjaga Hutan Nantu. Sudah 10 tahun dia bertugas sebagai jaga wana di Nantu, hutan yang mendapatkan namanya dari banyaknya pohon nantu (Palaquium sp) di sana.

Hari hampir tiba di ujung ketika James mengajak beranjak untuk mencari penghuni Hutan Nantu. Kami berjalan pelan, menyusuri jalan setapak berlumpur. Pohon rao (Dracontomelom dao) tumbuh hingga 40 meter tingginya, terlihat menjulang di antara lebat pohon nantu.

Sesekali kami mesti merunduk, menghindari belitan rotan dan akar gantung yang berjuluran. Jejak kaki binatang tercetak di lantai hutan, menyamarkan jutaan lintah penghisap darah. Rapat tajuk pepohonan mempercepat kelam. Dedaunan yang beradu, diembus angin, mencipta bunyi gemerisik.

Di pinggir kubangan air panas bersumber dari panas bumi, yang disebut masyarakat setempat sebagai adudu, James tiba-tiba memberi isyarat dengan telunjuknya. ”Ssst jangan bersuara,” bisiknya sambil menunjuk kawanan binatang yang asyik mandi sauna.

Lidah binatang itu terjulur, menjilati lumpur kaya mineral. Dua pasang taring menyembul keluar dari mulut sang jantan. Sepasang taring di rahang bawah sangat panjang dan sepasang taring lainnya, yang tumbuh dari rahang atas, keluar lewat hidung lalu melengkung ke atas seperti tanduk hingga mendekati kedua mata. Sepintas, wajah binatang itu mirip babi, tetapi tubuh dan kaki mereka seramping rusa. Paduan ciri babi dengan rusa inilah yang membuat binatang ini disebut babirusa (Babyrousa babyrussa).

Taring babirusa menciptakan sosok yang tak ada padanannya dengan binatang di belahan dunia lain. Naturalis Inggris, Alfred Russel Wallace, yang menjelajah hutan Sulawesi 150 tahun lalu dibuat bingung olehnya. ”Pengelompokan babirusa sulit dilakukan karena tidak mempunyai persamaan dengan babi dari mana pun di dunia ini,” tulis Wallace dalam bukunya, The Malay Archipelago (1869).

Jika tubuhnya adalah paduan babi dan rusa, taring binatang ini, menurut Wallace, mengingatkan pada warthog afrika (Phacochoerus africanus).

”Tidak diketahui pasti kegunaan taring luar biasa yang menyerupai tanduk ini. Beberapa penulis mengemukakan bahwa taring itu berfungsi sebagai pengait agar dapat mengistirahatkan kepala di dahan. Akan tetapi, taring tersebut sepertinya lebih mungkin untuk melindungi mata dari onak dan duri saat mencari buah-buahan di antara rotan dan tumbuhan berduri lainnya,” tulis Wallace.

Namun, Wallace buru-buru menyanggah dugaannya. ”Ini juga tidak memuaskan karena babirusa betina yang mencari makan dengan cara yang sama tidak memiliki taring seperti itu.”

Tiba-tiba, belasan babirusa itu kocar-kacir. Adudu itu pun sepi. Dari balik belukar, muncul tiga ekor binatang mirip sapi atau kerbau—tetapi jelas bukan keduanya. Kulit dua binatang yang telah dewasa berwarna coklat kehitaman, sementara sang anak coklat kekuningan. Tanduk kecil dan runcing tegak di atas kepala. Walaupun terlihat asyik menjilati lumpur, sesekali mereka mendongak memperlihatkan sepasang mata yang awas. Cuping telinga selalu bergerak-gerak menandakan kesiapsiagaan.

”Itu anoa, jarang sekali dia muncul, apalagi sampai tiga ekor,” kata James.

Sebagaimana babirusa, anoa (Anoa depressicornis) hanya ditemui di Sulawesi. ”Hewan ini masih belum jelas masuk kelompok sapi liar, kerbau, atau antelop. Tubuhnya yang lebih kecil daripada sapi membuatnya terlihat seperti antelop afrika,” tulis Wallace.

Wallace menyebutkan, binatang ini hanya ditemukan di gunung-gunung dan tidak ditemukan di habitat rusa. Dia tak menyebutkan tentang kebiasaan anoa yang juga suka menjilati air belerang dari mata air panas.

Selang satu menit kemudian, kawanan babirusa yang sebelumnya kabur kembali ke adudu. Kedua kelompok binatang bersama-sama menikmati adudu di senja itu. Di antara kaki-kaki mereka, seekor biawak (Varanus indicus) berjalan pelan, melintasi kubangan. Kicauan burung srigunting sulawesi (Dicrurus montanus) dan lengkingan suara kera (Macaca hecki) riuh bersahutan dari atas pohon. Di pucuk pepohonan, seekor julang sulawesi (Rhyticeros cassidix) mengepakkan sayap besarnya, meninggalkan suara menderu seperti baling-baling helikopter.

Burung jenis rangkong itu sebesar ayam jantan, warna bulunya sebagian besar hitam. Hanya bagian leher yang berwarna kuning dengan semburat warna biru di dekat paruh besarnya yang juga berwarna kuning. Di atas paruh, terdapat tanduk merah menyala.

Seiring kembalinya burung julang ke sarang, kegelapan menyelimuti Hutan Nantu. Rombongan babi hutan menghampiri pondok, mengais sampah dapur. Kucing hutan mencuri roti di atas meja, mengoyak plastik pembungkus dan meninggalkan remah-remah.

Malam hari di Hutan Nantu adalah keriuhan derit serangga. Beberapa kali burung betet yang berpesta di tengah malam menjatuhkan biji buah-buahan sejenis duku ke atap seng, menimbulkan bunyi keras memekakkan telinga. Menjelang terbitnya Matahari, gaduh jerit tangkasi (Tarsius spectrum) membuat mata tak bisa lagi terpejam.(Tim Penulis Ekspedisi Cincin Api Kompas)

Sungai Yangtze Tiba-tiba Berubah Jadi Merah Darah


BEIJING, KOMPAS.com — Air sungai terpanjang di China, Sungai Yangtze, tiba-tiba berubah warna menjadi merah darah. Para pejabat mengatakan, mereka tidak tahu mengapa hal ini terjadi.
Adalah warga kota barat daya Chongqing yang pertama kali melihat bahwa air Sungai Yangtze yang dijuluki "aliran air emas" ini berubah warna pada Kamis (6/9/2012) lalu.
Air sungai yang berwarna merah ini dilaporkan terjadi di Chongqing, yang merupakan pusat industri terbesar di barat daya China. Meski demikian, fenomena yang sama juga dijumpai di beberapa titik lain.
Pejabat lingkungan setempat menduga polusi industri dan lumpur yang dibawa oleh banjir baru-baru ini sebagai penyebab memerahnya air Sungai Yangtze. Namun, hal ini belum dapat dipastikan.
Emily Stanley, profesor limnologi (studi perairan tawar) di University of Wisconsin, mengatakan, "Ketika air berubah menjadi merah, yang dipikirkan oleh kebanyakan orang adalah air pasang merah. Tetapi, ganggang yang menyebabkan air pasang merah hidup di laut, bukan air tawar, sehingga sangat tidak mungkin hal ini terkait dengan fenomena itu."
Air tawar sesekali memang bisa berubah warna menjadi merah karena alasan biologis. Contoh, danau di Texas berubah merah di musim panas tahun lalu. Tetapi, hal ini paling sering disebabkan oleh bakteri yang menghasilkan warna dalam kondisi air yang kurang oksigen. Karena air sungai terus mengalir dan mengalami pengadukan, maka kondisi kekurangan oksigen jarang ditemui.
Setelah meninjau beberapa gambar sungai di Chongqing yang berwarna merah, Stanley menarik kesimpulan bahwa ini merupakan akibat yang ditimbulkan dari kegiatan manusia.
"Sepertinya ini fenomena polutan. Air secara cepat berubah menjadi merah di masa lalu karena orang telah membuang pewarna ke dalamnya," tutur Stanley.
Desember lalu, pewarna juga menyebabkan berubahnya air sungai lain di China, Jian, menjadi merah tua. Diketahui, ada pabrik ilegal yang memproduksi pewarna untuk bungkus kembang api.
Stanley mengungkapkan, lumpur merah memang bisa menyebabkan perubahan warna sungai. Namun, jika hal itu yang terjadi, maka Sungai Yangtze akan dipenuhi lumpur. Ia meyakini perubahan warna kali ini disebabkan oleh aktivitas manusia.
Sumber :
Editor :
yunan

Venus, Kucing Misterius Berwajah Dua


Venus, kucing berwajah dua.
KOMPAS.com - Venus adalah kucing paling misterius di dunia. Kucing ini punya ciri-ciri yang belum bisa dijelaskan dengan gamblang secara sains. Venus punya dua wajah dan bermata biru.

Venus telah memiliki laman Facebook sendiri, demikian juga video di Youtube. Akun jejaring sosial milik kucing ini telah dilihat oleh jutaan orang. Keunikan venus menuai kekaguman.

Wajah Venus terbagi dua. Salah satu sisi wajah kucing ini berwarna hitam dengan mata hijau. Sementara, sisi lainnya berwarna coklat oranye dengan mata biru. Wajah kucing ini tepat "terbelah" di tengah.

Mata Venus juga berwarna biru, padahal mata kucing sejenisnya biasanya berwarna kuning atau hijau. Mata biru biasanya didapatkan pada jenis kucing Siamese atau kucing yang sebagian besar tubuhnya berwarna putih.

Leslie Lyons, profesor dari University of California, Davis, yang mempelajari genetika kucing mengatakan, "Dia (Venus) sangat-sangat langka. Tapi Anda bisa menjelaskan dan memahaminya."

Seperti dikutip National Geograpfic, Jumat (31/8/2012), Lyons menambahkan, "Dia adalah salah satu misteri."

Banyak laporan menjelaskan bahwa Venus adalah chimera. Dalam mitologi, chimera adalah monster yang merupakan gabungan dari beragam hewan. Sementara, kucing chimera adalah kucing dengan dua tipe DNA, terjadi karena fusi dua embrio.

Kucing chimera tidaklah langka. Banyak kucing jenis tortoiseshell jantan yang merupakan chimera. Warna hitam dan spot berwarna oranye menandai bahwa kucing memiliki ekstra kromosom X.

Namun demikian, kuciong betina sudah memiliki dua kromosom X. Jadi, bintik oranye bisa muncul tanpa adanya ekstra kromosom X. Jadi, jelas bahwa Venus bukanlah chimera.

Untuk mengetahui bagaimana Venus bisa memiliki karakteristik itu, tes DNA perlun dilakukan. Lyons menuturkan, sampel DNA dari masing-masing sisi wajah bisa diambil dan dianalisis.

Lyons menduga, ciri tersebut muncul karena proses perkmbangan Venus. Pada awalnya, gen yang menentukan pewarnaan hitam bekerja di salah satu sisi wajah dan gen pewarnaan oranye di wajah lain. Ketika berkembang, dua bagian bertemu tepat di tengah, menghasilkan kucing yang punya dua wajah.
Editor :
Tri Wahono

Pesan dalam Botol Tertua Ditemukan

Pesan dalam botol yang ditemukan pelaut di Laut Utara di lepas pantai Shetland, Skotlandia, ini dinobatkan sebagai pesan tertua dalam botol di dunia.
SHETLAND, KOMPAS.com - Seorang pelaut berhasil menemukan pesan di dalam sebuah botol yang mengambang di lautan. Oleh Guinness Worlds Records, pesan dinobatkan sebagai pesan di dalam botol tertua di dunia.
Andrew Leaper, nakhoda kapal Copious yang menemukan pesan dalam botol itu, mengatakan bahwa pesan ditemukan pada 12 April 2012 di Laut Utara, lepas pantai Shetland, Skotlandia. Leaper kemudian mengetahui bahwa botol berisi pesan itu telah mengambang di lautan selama 97 tahun 309 hari. Ini melebihi pesan dalam botol pencetak rekor sebelumnya yang hanya mengambang 5 tahun.
Yang istimewa, penemu pesan dalam botol tertua sebelumnya adalah rekan Leaper sendiri, Mark Anderson. Rekan Leaper menemukan pesan dalam botol pada tahun 2006 menggunakan kapal yang sama.
"Ini sebuah kebetulan yang indah, mengetahui bahwa kapal nelayan Shetland yang sama yang menemukan pesan dalam botol sebelumnya bisa menemukan lagi botol saat ini. Ini seperti menang lotere dua kali," kata Leaper.

Dengan label "646B", botol yang memecahkan rekor tersebut berisi kartu pos dengan pesan permintaan pada penemunya untuk menuliskan tempat dan waktu penemuan serta mengembalikannya pada "Director of the Fishery Board for Skotland".
Botol itu dilepas ke lautan pada 10 Juni 1914 oleh Kapten CH Brown dari Glasgow School of Navigation. Botol ini adalah satu dari 1.890 botol yang dilepas. Masing-masing botol berisi pesan yang sama. "Botol ini bisa memberi informasi penting pada pakar oseanografi pada awal abad lalu yang berguna untuk menggambarkan pola sirkulasi air di di lautan sekitar Skotlandia," kata Bill Turrell, Kepala Marine Ecosystems with Marine Scotland Science.

Menurut Turrell, seperti diberitakan Discovery, Kamis (6/9/2012), hasil studi menggunakan botol banyak yang berguna. Di antaranya, diuraikan tentang aliran air yang searah jarum jam, yang butuh peranti elektronik untuk menggambarkannya pada tahun 1960-an.
Dari seluruh botol yang dilepaskan pada tahun 1914, 315 botol telah ditemukan. Dengan banyaknya botol yang dilepaskan, sangat mungkin ada botol lain yang nantinya akan mencetak rekor lagi.
Sumber :
DISCOVERY
Editor :
Laksono Hari W


Gletser Papua Terancam Hilang dalam 20 Tahun


Kondisi gletser di Puncak Jaya diambil dari Citra Landsath. Foto di ujung kiri merupakan kondisi di tahun 1990 yang memperlihatkan lima gletser. Seiring foto yang berderet ke kanan, jumlah itu makin menyusut hingga foto di ujung kanan pada tahun 2010. Hanya tiga gletser dengan kondisi mengenaskan yang tersisa. (Warsono/NGI)
KOMPAS.com - Pemanasan global mulai memperlihatkan dampaknya pada penghuni Bumi. Bukti keberadaannya kali ini dirasakan oleh masyarakat Indonesia dengan foto dari satelit NASA mengenai kondisi es di Puncak Jaya, Papua.

Imaji satelit yang dirilis pekan lalu oleh NASA menunjukkan hilangnya gletser di Puncak Jaya yang merupakan bagian dari Barisan Sudirman. Puncak Jaya memiliki nama lain Carstenz Pyramid, warga lokal menyebutnya Ndugu-Ndugu.

Foto diambil menggunakan Thematic Mapper (TM) di Landsat 4 dan 5. Di ketinggian 4.884 meter, foto satelit NASA membandingkan kondisi gletser di tahun 1989 dan 2009. Tahun 1989, ada lima gletser di Puncak Jaya. Namun, 20 tahun kemudian, tepatnya pada 2009, dua dari lima gletser itu hilang sama sekali. Sedangkan sisa tiga gletser lainnya berkurang secara drastis.

Menurut Ardheshir Yaftebbi, salah satu pendaki dalam ekspedisi 7 Summits yang mencapai puncak Carstenz Pyramid -puncak tertinggi di komplek Pegunungan Jayawijaya- pada April 2010, ia dan timnya menjadi saksi penyusutan es.

"Saat itu kita melihat salju (di sekitar Carstenz Pyramid) hanya tinggal dua kilometer persegi. Di tahun 1930, salju itu mencapai 20 kilometer persegi," kata Ardhesir saat berbincang dengan National Geographic Indonesia, Rabu (5/9).

Ditambahkannya hal ini sangat menyedihkan karena Puncak Jaya merupakan satu-satunya lokasi di Indonesia yang memiliki es. "Jayawijaya disebut sebagai es abadi, tapi ternyata diprediksi tidak akan ada salju lagi pada lima hingga sepuluh tahun mendatang," ujar Ardeshir yang juga Ketua Tim Ekspedisi 7 Summits yang dimulai tahun 2010 dan berakhir pada Juni 2012.

Carstenz Pyramid masuk sebagai tujuh puncak tertinggi di dunia. Bersama dengan Gunung Kilimanjaro (Tanzania, Afrika), Elbrus (Eropa), Aconcagua (Amerika Selatan), Denali (Amerika Utara), Vinson Massif (Antartika), dan Everest (Nepal, Asia).

Dengan kondisi suhu Bumi saat ini, NASA memprediksi seluruh gletser di Papua akan musnah pada 20 mendatang. Para peneliti juga sudah menyebutkan, hal ini terjadi karena berbagai faktor. Seperti perubahan suhu, kelembapan, hujan, dan pergerakan awan. Kondisi iklim dan penggundulan hutan juga turut berpartisipasi.

"Ini bukan peringatan pertama dan bukan hanya terjadi di negara kita. Es di Antartika juga mencair dan berada pada titik terendah," kata Direktur Program Iklim dan Energi WWF Nyoman Iswarayoga.

Untuk mencegah perubahan iklim lebih lanjut bisa dilakukan beberapa hal, baik secara kolektif maupun individu. Kolektif bisa berwujud gerakan masyarakat yang diwadahi pemerintah. Sedangkan gerakan individu dimulai dengan perubahan gaya hidup yang lebih "hijau." (Zika Zakiya/National Geographic Indonesia).
Sumber :
National Geographic Indonesia
Editor :
yunan

Kecoak Dikembangkan sebagai Hewan Penyelamat


Kecoa dimanfaatkan sebagai biobotik untuk membantu misi penyelamatan
KOMPAS.com — Kecoak yang sering dianggap hama dan menjijikkan akhirnya berhasil diubah menjadi sesuatu yang berguna. Dengan menggunakan sistem antarmuka elektronik, sekelompok peneliti yang berasal dari North Carolina State University mengembangkan metode untuk mengarahkan dan mengontrol kecoak menggunakan remote control.
"Tujuan kami adalah menguji coba apakah kita bisa membuat antarmuka biologis nirkabel dengan kecoak yang kuat dan mampu menyusup ke ruang-ruang kecil," kata Alper Bozkurt seperti dikutipDiscovery, Jumat (7/9/2012).
Bozkurt ialah asisten profesor teknik listrik di North Carolina State University, yang juga merupakan asisten penulis makalah yang dipresentasikan di Konferensi Internasional Teknik IEEE bidang Kedokteran dan Biologi Kemasyarakatan di San Diego, California.
"Pada akhirnya, kami berpikir bahwa memungkinkan bagi kita untuk membuat web censor mobile pintar yang bisa menggunakan kecoak sebagai alat untuk mengumpulkan dan mengirimkan informasi, misalnya untuk menemukan korban di sebuah bangunan yang telah hancur oleh gempa bumi," kata Bozkurt.
Bozkurt mengungkapkan, "Membuat robot skala kecil yang dapat melakukan kegiatan yang sedemikian rupa dengan kondisi yang dinamis sangatlah sulit. Kami memutuskan untuk mengembangkan biobotik, sebab merancang robot sangat menantang, dan kecoak hidup di lingkungan yang kurang bersahabat."
Untuk melakukannya, para peneliti menggunakan sebuah chip komputer yang murah dan ringan serta penerima nirkabel untuk mengirimkan sinyal ke kecoak. Bayangkan saja seperti kecoak yang menggendong dengan ransel kecil. Perangkat ini beratnya hanya 0,7 gram, sudah termasuk mikrokontroler yang memonitor perangkat antarmuka antara elektroda yang ditanamkan dan jaringan sehingga sistem saraf kecoak tidak terganggu.
Perangkat ini juga memiliki kabel yang tersambung dengan bagian antena dan cerci, organ sensoris di perut kecoak. Cerci akan mendeteksi gerakan di udara untuk mengetahui adanya predator serta memacu kecoak bergerak. Dengan menggunakan kabel untuk merangsang cerci, peneliti mengelabui kecoak, membuatnya berpikir ada sesuatu yang menyelinap di atas tubuhnya sehingga ia bergerak.
Kabel yang melekat di antena memberikan muatan listrik ke sistem saraf sehingga kecoak berpikir ada sesuatu yang harus diawasi. Ini memungkinkan kecoak bergerak di jalur melengkung.
Sumber :
DISCOVERY
Editor :
yunan

sumbalinga

"Saya tidak takut pada orang yang berlatih sekali untuk 10.000 tendangan, tapi saya takut pada orang yang berlatih satu tendangan sebanyak 10.000 kali"
Bruce lee