Pages

Kamis, 13 September 2012

Lobster Rawa Membawa Spesies Asing

Lobster merah rawa (Procambarus clarkii).
KOMPAS.com — Saat lobster merah rawa menginvasi Eropa sekitar 30 tahun lalu, disinyalir krustasea itu juga menyelundupkan spesies asing lain. Peneliti menemukan spesies asing, sejenis krustasea kecil yang diduga berasal dari Amerika Utara berada di punggung lobster itu.
Tim peneliti mengoleksi 203 lobster merah rawa (Procambarus clarkii) dari berbagai tempat berbeda di Iberian Peninsula, antara tahun 2003-2009. Mereka menemukan 147 lobster, di antaranya menggendong krustasea mini, ostrakoda bernamaAnkylocythere sinuosa.
Panjang ostrakoda ini sekitar setengah milimeter dan meletakkan telurnya pada tubuh lobster. Selain itu, A sinuosa membutuhkan lobster sebagai inang untuk hidup dan berkembang. Jumlahnya bisa mencapai ratusan ekor dalam satu lobster dewasa.
"A sinuosa melimpah di mana pun terdapat lobster merah rawa di Eropa," ujar Francesc Mesquita Joanes, dari University of Valencia pada Scientific Information and News Service (SINC) Spanyol, seperti dikutip Livescience, Selasa (11/9/2012).
Hasil penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal Hydrobiologia ini pun menunjukkan, lobster serupa di Amerika Utara menjadi inang bagi berbagai jenis ostrakoda. Tetapi, tampaknya lobster ini hanya membawa A sinuosa ke Eropa.
Tim peneliti menyatakan membutuhkan studi lebih lanjut untuk menemukan apakah A sinuosa ini bisa hidup pada lobster asli Eropa. Selain itu, penelitian lebih lanjut pun untuk mengetahui apakah A sinuosaini berperan dalam ekspansi lobster merah rawa di Spanyol pada tahun 1970-an. Hipotesisnya, ostrakoda itu bisa saja berperan membersihkan parasit dan kontaminasi atau memakan telur-telur parasit pada lobster.
Sumber :
LiveScience
Editor :
Nasru Alam Aziz



Spacewalk, Astronot "Meraih" Matahari


Astronot NASA, Sunita Williams, berjaya dalam spacewalk, Rabu (5/9/2012). Ia tampak seolah meraih Matahari.
KOMPAS.com — Astronot Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dalam foto terbaru yang diambil saat melakukan spacewalk pada Rabu (5/9/2012) tampak seperti Icarus dalam mitologi Yunani. Mereka "meraih" Matahari.

Icarus dalam mitologi Yunani memiliki sayap yang terdiri atas bulu-bulu berbahan lilin. Icarus diperingatkan untuk tidak mendekati Matahari. Namun, ia melakukannya. Akhirnya ia pun terjatuh ke Bumi karena sayapnya meleleh.

Berbeda dengan nasib Icarus, Sunita Williams, astronot NASA itu, tampak berjaya. Saat "melayang" dalam spacewalk di International Space Station, tangan kanan Williams benar-benar terlihat menyentuh Matahari.

Foto Williams ini diambil oleh rekannya, Akihiko Hoshide dari Japan Aerospace Exploration Agency. Jika melihat secara detail, maka bayangan Hoshide tampak di helm yang dikenakan Williams.

Williams dan Hoshide melakukan spacewalk selama 28 menit untuk mengambil baut yang terjebak dengan peralatan seadanya, termasuk sikat gigi. Baut terjebak dalam spacewalk sebelumnya pada 30 Agustus 2012.

Dengan suksesnya spacewalk kali ini, maka perbaikan unit yang mengalirkan listrik ke ISS bisa dilakukan. Spacewalk juga berhasil memperbaiki kamera yang rusak pada lengan robotik ISS.

Spacewalk ini adalah yang keenam bagi Williams, sementara bagi Hoshide merupakan yang kedua. ISS kini menjadi rumah bagi 6 astronot dari Rusia, Amerika Serikat, dan Jepang.
Sumber :
Editor :
yunan

Empat Pulau Dikaji untuk Bandar Antariksa


Pelabuhan Morotai, Maluku Utara.
TERNATE, KOMPAS.com — Empat pulau, yaitu Biak (Papua), Morotai (Maluku Utara), Nias (Sumatera Utara), dan Enggano (Bengkulu), dikaji untuk menjadi lokasi pembangunan bandar antariksa. Bandar antariksa ini diperlukan seiring dengan kian dibutuhkannya satelit untuk penginderaan jauh dan agar Indonesia tidak lagi tergantung pada teknologi dan bandar antariksa negara lain.
Erna Sri Adiningsih dari Pusat Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga Penerbangan dan Antariksa mengatakan hal ini saat menjadi pembicara dalam seminar internasional bertajuk percepatan dan pembangunan ekonomi Indonesia menuju industrialisasi kelautan dan perikanan berkelanjutan, di Ternate, Maluku Utara, Rabu (12/9/2012). Seminar diadakan dalam kaitan Sail Morotai 2012.
Dari kajian awal, menurut Erna, keempat pulau tersebut dinilai layak untuk menjadi lokasi bandar antariksa. Di antaranya karena dekat garis khatulistiwa, berada dekat laut bebas, sehingga bisa meminimalkan risiko akibat peluncuran roket dan potensi bencana seperti gempa dan tsunami.
Erna menjelaskan, di Morotai, Maluku Utara, enam lokasi telah dikaji, yaitu di Tanjung Gurango, Pulau Tabailenge, Bido, Mira, Sambiki, dan Sangowo. Dari keenam lokasi itu, yang lebih cocok untuk bandar antariksa berada di Sangowo atau persisnya tiga kilometer dari Sangowo.
"Lima lokasi lainnya kurang cocok karena sudah ada rencana lahan di sana dipakai pemerintah dan karena topografi yang kurang baik," ujarnya.
Erna mengungkapkan, kajian yang telah dilakukan di keempat pulau itu baru kajian awal. Perlu ada penelitian lebih lanjut sebelum memutuskan lokasi yang tepat untuk bandar antariksa.
Editor :
Nasru Alam Aziz

Clara Schumann: Komposer & Pianis Wanita Di Google Hari Ini

Clara Schumann yang lahir 13 September 1819 adalah seorang musisi wanita dan komposer Jerman yang ada di logo google hari ini. Beliau dianggap sebagai salah satu pianis yang paling terkenal pada era musik Romantic.
Pengaruh Clara pada dunia musik cukup terasa melalui konser dunianya selama 61 tahun, mengubah format dan repertoar dari resital piano dan selera musik pada saat itu. Suaminya adalah komposer Robert Schumann. Clara Schumann dan suaminya juga membantu kepopuleran Johannes Brahms, Clara lah pianis pertama yang menggelar pertunjukan publik membawakan karya Brahms.
Masa kecil
Clara Josephine Wieck lahir di Leipzig pada tanggal 13 September tahun 1819. Ayahnya Friedrich dan ibunya Marianne Wieck (Tromlitz née). Orangtuanya bercerai ketika ia berusia empat tahun. Clara dibesarkan oleh ayahnya. Salah satu siswa ayahnya sering menakut-nakuti Clara dan berdandan sebagai hantu, namun kelak ketika dewasa, ia menikah dengannya.
Pada bulan Maret 1828, di usia delapan tahun, Clara muda tampil di acara Dr Ernst Carus, direktur rumah sakit jiwa di Colditz Castle. Ia bertemu dengan pianis muda berbakat yang diundang bernama Robert Schumann, sembilan tahun lebih tua daripada dia. Schumann mengagumi Clara bermain sehingga ia meminta izin dari ibunya untuk menghentikan studinya hukum, dan mengambil pelajaran musik dengan ayah Clara, Friedrich Wieck. Sementara mengambil pelajaran, ia menyewa kamar di rumah keluarga Wieck, dan tinggal sekitar satu tahun.
Pada tahun 1830, di usia sebelas tahun, Clara melakukan tur konser ke Paris dan kota-kota Eropa lainnya, disertai oleh ayahnya. Dia menggelar konser solo pertamanya di Gewandhaus Leipzig. Di Weimar, ia menyanyikan lagu bravura oleh Henri Herz yang dipersembahkan untuk Goethe, yang juga menghadiahi Clara dengan medali berisi potret dan catatan tertulis yang mengatakan, “Untuk artis berbakat Clara Wieck.” Selama tur itu, Niccolò Paganini yang kebetulan berada di Paris menawarkan untuk tampil bersama Clara. Namun, konser Paris nya dihadiri sedikit orang karena banyak yang telah melarikan diri dari kota akibat wabah kolera.
Munculnya artis ini dapat dianggap sebagai zaman pembaruan …. Di tangan kreatifnya, bagian yang paling biasa mendapatkan arti yang signifikan, yang hanya orang-orang dengan kesenian paling sempurna dapat menyajikannya.
tuk 


sumbalinga

"Saya tidak takut pada orang yang berlatih sekali untuk 10.000 tendangan, tapi saya takut pada orang yang berlatih satu tendangan sebanyak 10.000 kali"
Bruce lee